Posts

Showing posts from December, 2016

Apakah kalau tidak beramal, tidak boleh amar ma’ruf (Penafsiran Q.S. al-Baqarah : 44 menurut al-Subki)

Ada sebagian kita yang tidak mau melaksanakan amar ma’ruf, karena beralasan dirinya sendiri tidak mengamalkannya. Ayat al-Qur’an yang sering dijadikan agumentasinya adalah Q.S. al-Baqarah : 44, yang berbunyi sebagai berikut : أَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنْسَوْنَ أَنْفُسَكُمْ وَأَنْتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ Artinya :Apakah kalian memerintah manusia dengan kebajikan, sementara kalian melupakan diri kalian sendiri. Padahal kalian membaca al-Kitab. Apakah kalian tidak berpikir. (Q.S. al-Baqarah : 44)               Lalu bagaimana penafsirannya yang benar?.                           Imam al-Subki menjelaskan kepada kita, apabila terjadi pelarangan dari dua perbuatan atau satu perbuatan yang dikaidkan atas perbuatan yang lain, maka terdapat beberapa pembagian, yakni : 1.       Masing-masing perbuatan itu mubah, tidak tercela. Yang tercela hanyalah  mengumpulkan keduanya. Masing-masing keduanya merupakan bagian dari ‘illah (alasan) tercela. Contohnya perkataan ma

Pengertian perkataan ahli hadits “La Ashla lahu”

Sering kita jumpai ahli hadits mengatakan “ La Ashla lahu ” dalam menilai sebuah hadits. Dari beberapa rujukan kitab karya ahli hadits kita jumpai bahwa pengertiannya itu berkisar antara hadits mauzhu’ dan hadits dhaif. Jadi tidak serta merta dipahami sebagai hadits mauzhu’. Berikut ini beberapa rujukan kitab dimaksud, yakni : 1.         Al-Suyuthi dalam kitabnya Tadriib al-Rawi fi Syarh Taqrib al-Rawi mengatakan : قولهم هذا الحديث ليس له اصل او لا اصل له, قال ابن تيمية معناه ليس له اسناد Perkataan mereka (ahli hadits), tidak ada baginya asal atau tidak ada asal baginya. Ibnu Taimiyah mengatakan, maknanya adalah tidak isnad baginya. [1] 2.     Dalam mengomentari hadits : امرت ان احكم بالظاهر..., Al-Shakhawi mengatakan : ولا وجود له في كتب الحديث المشهورة ولا الاجزاء المنثورة وجزم العراقي بانه لا اصل له وكذا انكره المزي وغيره Tidak terdapat hadits tersebut dalam kitab-kitab hadits yang masyhur dan tidak juga dalam juzu’-juzu’ yang tersebar. Al-Iraqi telah memastikan hadits itu tidak ada

Kasus kewarisan anak dari saudara laki-laki terhalang waris oleh saudari perempuan

Ada pertanyaan dari salah seorang sahib kita, yakni masalah kewarisan. Kasusnya adalah seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris sebagai berikut : 1.       Seorang isteri 2.       5 orang anak perempuan 3.       2 orang saudari perempuan 4.       1 orang anak laki-laki dari saudara laki-laki. Penyelesaiannya adalah sebagai berikut : 1.       Seorang isteri              =1/8 (karena ahli waris punya anak) 2.       5 anak perempuan       = 2/3 3.       2 saudari perempuan   = ashabah 4.       Anak laki-laki dari saudara laki-laki tidak dapat warisan karena dihalangi oleh 2 saudari perempuan (anak laki-laki dari saudara laki-laki dihalangi oleh saudari-saudari perempuan yang menjadi ashabah apabila dalam ahli waris terdapat anak-anak perempuan) Ibnu Hajar al-Haitamy mengatakan : وَإِنَّ بَنِي الْإِخْوَةِ لَا يَرِثُونَ مَعَ الْأَخَوَاتِ إذَا كُنَّ عَصَبَاتٍ مَعَ الْبَنَاتِ بِخِلَافِ آبَائِهِمْ Sesungguhnya anak-anak laki-laki dari saudara laki-laki tidak mendapat warisan ber

Hadits “Hati adalah rumah tuhan”

Lafazhnya adalah sebagai berikut : القلب بيت الرب Hati adalah rumah tuhan Ismail al-‘Ajaluni mengatakan al-Zarkasyi, al-Shakhawi dan al-Suyuthi mengatakan, hadits ini tidak asalnya. [1] Mulla Ali al-Qaari mengatakan al-Zarkasyi dan lainnya mengatakan, hadits ini tidak ada asal baginya. Ibnu Taimiyah mengatakan, mauzhu’. [2]   Dalam al-Maqashid al-Hasanah, al-Shakhawi mengatakan, tidak ada asal baginya yang marfu’. [3] Dalam kitabnya al-Tazakkurah fi Ahadits al-Musytahirah, al-Zarkasyi mengatakan, ini bukanlah kalam Nabi SAW. [4] [1] Al-‘Ajaluni, Kasyf al-Khufa , Maktabah al-Qudsi, Kairo, Hal. 99 [2] Mulla Ali al-Qaari, al-Masnu’ fi Ma’rifah al-Hadits al-Mauzhu’ , Maktabah al-Mathbu’ah al-Islamiyah, Halab, Hal. 131 [3] al-Shakhawi, al-Maqashid al-Hasanah , Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Hal. 308 [4] Al-Zarkasyi, al-Tazakkurah fi Ahadits al-Musytahiah , (Versi Maktabah Syamilah), Hal. 136

Hadits “Agama adalah akal....”

الدين هو العقل ولا دين لمن لا عقل له Agama adalah akal dan tidak agama bagi orang yang tidak ada akal baginya. Dalam kitab , Zail al-Lala’i  Masnu’ah, karya al-Suyuthi disebutkan : al-Nasa’i mengatakan, hadits ini batil dan mungkar. Al-Azdi mengatakan, Basyar tidak dikenal (salah satu perawinya adalah Abu Malik Basyar bin Ghalib bin Basyar). [1] Mulla Ali al-Qaari juga telah mengutip perkataan al-Nasa’i di atas dalam kitabnya, al-Masnu’ fi Ma’riah al-Hadits al-Mauzhu’. [2] Dalam kitab , Zail al-Lala’i  Masnu’ah, karya al-Suyuthi juga disebut sebuah hadits yang serupa dengan hadits di atas, yakni : قوام امرئ عقله ولا دين لمن لا عقل له Yang meluruskan seseorang adalah akalnya dan tidak ada agama bagi orang yang tidak akal baginya.             Hadits ini telah ditakhrij oleh al-Baihaqi dari jalur Hamid bin Adam dari Abu Ghanim dari Abi Zubair. Kemudian al-Baihaqi mengatakan, Hamid menyendiri, sedangkan dia dituduh berdusta. [3] [1] Al-Suyuthi, Zail al-Lala’i  Masnu’ah , Maktabah al-M

Hadits qudsi “Aku adalah perbendaharaan yang tersembunyi...”

كنت كنزاً لا أعرف، فأحببت أن أعرف فخلقت خلقاً فعرفتهم بي فعرفوني Aku pada mulanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal, maka Kuciptakan makhluk untuk memperkenalkanku kepada mereka, maka merekapun mengenal-Ku Berikut perkataan ahli hadits dalam mengomentari hadits di atas : 1.       Al-Shakhawi mengatakan : “Ibnu al-Taimiyah mengatakan, ini bukan kalam Nabi SAW, tidak dikenal sanadnya, baik shahih maupun dha’if. Pendapat ini juga telah diikuti oleh al-Zarkasyi dan guru kami (Ibnu Hajar al-Asqalani). [1] 2.       Al-Suyuthi mengatakan : “Hadits ini tidak ada asal baginya.” [2] 3.       Mulla Ali al-Qaari mengatakan : “Para Hafizh seperti Ibnu al-Taimiyah, al-Zarkasyi dan al-Shakawi telah menjelaskan bahwa tidak ada asal bagi hadits ini.” [3] [1] Al-Sakhawi, al-Maqashid al-Hasanah , Dar al-Kutub al-Ilmiyah, Beirut, Hal. 327, No. 838 [2] Al-Suyuthi, al-Durar al-Muntatsarah fi al-Ahadits al-Muntatsirah , (Dicetak pada hamisy kitab al-Fatawi al-Haditsiah