Posts

Showing posts from February, 2018

Komentar sedikit tentang wahdatul wujud

1.     Seandainya wahdatul wujud diartikan tidak ada wujud kecuali wujud Allah yang wajib wujub dan sedangkan selain Allah adalah ‘adam semata-mata (tidak ada wujud sama sekali) dari semua sisi, ini jelas bertentangan akal sehat dan kenyataan pada kasat mata. Allah Ta’ala sendiri berfirman melalui wahyu-Nya bahwa Dia telah menciptakan selain-Nya dari tiada kepada ada. Karena itu tidak heran, kita diajarkan dari kecil bahwa wujud ada dua, wujud qadim dan wujud baharu. Hanya orang gila yang mencoba mengingkarinya dan ini kufur karena mengingkari sharih firman Allah Taala yang menegaskan ada wujud selain-Nya. 2.     Seandainya wahdatul wujud diartikan wujud Allah merupakan wujud kulliy (mutlaq) yang universal dan abtraks (hanya wujud pada zihin/alam pikiran seseorang), yang tidak wujud pada kharij (kenyataan), kemudian wujud ini hanya dhahir dan nyata pada alam seperti pada manusia dan lainnya, lalu dikatakannya pada hakikatnya alam ini adalah satu, yaitu Allah, maka ini juga kufur secara

Kisah Kaum Gay (Homosex) dalam al-Qur’an

1.     Firman Allah Ta’ala berbunyi    وَلَمَّا جَاءَتْ رُسُلُنَا لُوطًا سِيءَ بِهِمْ وَضَاقَ بِهِمْ ذَرْعًا وَقَالَ هَذَا يَوْمٌ عَصِيبٌ (77) وَجَاءَهُ قَوْمُهُ يُهْرَعُونَ إِلَيْهِ وَمِنْ قَبْلُ كَانُوا يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ قَالَ يَا قَوْمِ هَؤُلَاءِ بَنَاتِي هُنَّ أَطْهَرُ لَكُمْ فَاتَّقُوا اللَّهَ وَلَا تُخْزُونِ فِي ضَيْفِي أَلَيْسَ مِنْكُمْ رَجُلٌ رَشِيدٌ (78) قَالُوا لَقَدْ عَلِمْتَ مَا لَنَا فِي بَنَاتِكَ مِنْ حَقٍّ وَإِنَّكَ لَتَعْلَمُ مَا نُرِيدُ (79) قَالَ لَوْ أَنَّ لِي بِكُمْ قُوَّةً أَوْ آَوِي إِلَى رُكْنٍ شَدِيدٍ (80) قَالُوا يَا لُوطُ إِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَصِلُوا إِلَيْكَ فَأَسْرِ بِأَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِنَ اللَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ أَحَدٌ إِلَّا امْرَأَتَكَ إِنَّهُ مُصِيبُهَا مَا أَصَابَهُمْ إِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ أَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيبٍ (81) فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِنْ سِجِّيلٍ مَنْضُودٍ (82) مُسَوَّمَةً عِنْدَ رَبِّكَ وَمَا هِيَ مِنَ الظَّالِمِينَ بِبَعِيدٍ (83 ( Dan ta

Pembagian ragu-ragu dilihat dari aspek asalnya

Syeikh Abu Hamid al-Isfaraayaniy menjelaskan kepada kita bahwa ragu-ragu dilihat dari aspek asalnya terbagi kepada tiga pembagian, yakni : 1.       Ragu-ragu yang datang atas asal yang haram 2.       Ragu-ragu yang datang atas asal yang mubah 3.       Ragu-ragu yang tidak diketahui asalnya. Ad. 1. Contoh untuk ragu-ragu yang datang atas asal yang haram seperti menemukan seekor kambing yang sudah disembelih dalam sebuah negeri yang ada orang muslim dan majusi. Maka tidak halal sembelihan tersebut sehingga diketahui penyembelihnya adalah muslim. Karena asalnya adalah haram, sedangkan kita meragukan petunjuk yang memubahkannya. Karena itu, seandainya ghalib dalam negeri tersebut orang muslim, maka boleh makan karena beramal dengan ghalib yang berfaedah dhahir. Ad.2. Contoh ragu-ragu yang datang atas asal yang mubah seperti seseorang menemukan air yang sudah berubah, bisa jadi berubahnya karena jatuh sesuatu di dalamnya atau bisa jadi karena lama tergenang, maka boleh bersuci dengannya kar